Ya Allah Izinkan Aku untuk beribadah di Tanah Suci... Aamiin

Jumat, 17 Agustus 2012

biografi kh. abdullah gymnastiar (aa gym)

A. Keluarga Dan Masa Mudanya


          Bermula dari bandung, beliau lahir pada hari senin tanggal 29 Januari 1962, beliau adalah putera tertua dari empat bersaudara pasangan letnan kolonel (letkol) H. Engkus Kuswara dan Ny. Hj. Yeti Rohayati. Saudara kandung lainnya adalah: Abdurrahman Yuri, Agung Gunmartin, dan Fathimah Genstreed. Aa Gym lahir dari keluarga yang dikenal religius dan disiplin, meskipun religius tetapi pendidikan agama yang ditanamkan oleh orang tuanya sebenarnya sama dengan keluarga lain pada umumnya, akan tetapi disiplin ketat namun demokratis telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pola hidupnya sejak kecil, karena ayahnya adalah seorang perwira angkatan darat. Sebgai putera seorang tentara, dia bahkan pernah diamanahkan menjadi komandan resimen mahasiswa (menwa) Akademi Teknik Jenderal Ahmad Yani, Bandung. “Disini kepanduan namanya, disiplin tidak selalu berbentuk militerisasi, kami disini menegakkan disiplin tanpa kekerasan dan kekasaran, tidak ada kekuatan tanpa disipin” ujar Aa seperti dikutip harian Kompas (22/06/2000). Dan ternyata kekuatan yang semacam inilah yang justru membuat dirinya dan dua orang adiknya memiliki rasa percaya diri, mampu hidup prihatin, pantang menyerah, da kental dengan rasa kesetiakawanan.

          Dimata Aa Gym sosok sang adik (Agung Gunmartin) ternyata sangat berpengaruh. “Saya dapat pelajaran membuka mata hati saya dari adik laki-laki saya yang lumpuh seluruh tubuhnya dalam menghadapi maut” seperti yang dikutip harian Republika (07/05/2000). Dia tidak bisa melupakan saat-saat bersama adiknya yang mengalami kelumpuhan total. “Kalau kuliah saya menggendongnya” ungkapnya mengenang. Pernah suatu ketika Aa Gym menanyakan kepada sang adik “mengapa sudah tidak berdaya masih terus kuliah?” adiknya menjawab “kalau orang lain ibadahnya dengan berjuang, mudah-mudahan keinginan saya untuk terus kuliah bernilai ibadah”. Pelajaran lain yang diperoleh dari sang adik adalah dia tidak pernah mengeluh. Aa Gym masih ingat sewaktu adiknya berkata “Kalau orang lain punya bekal untuk pulang dengan berbuat sesuatu, saya ingin mengumpulkan bekal pulang dengan bersabar”. Aa Gym mengaku bahwa guru pertamanya adalah adiknya sendiri yang biasa dipanggil A Agung. “Saya bersyukur memperoleh guru yang sosoknya seperti adik saya, guru saya adalah seorang yang lemah fisiknya. Saya diajari bahwa saya haru menghargai dan memperhatikan orang-orang yang lemah disekeliling saya”. Adik Aa Gym yang meninggal dipangkuannya inilah yang membuat perubahan-perubahan yang sangat berarti dalam diri Aa Gym selanjutnya.

          Pada masa mudanya, selain menuntut ilmu dan aktif berorganisasi, Aa Gym juga memiliki kegemaran berdagang. Dialah yang memelopori pembuatan stiker-stiker barsablon yang menunjukkan kekuatan dan keindahan Islam, dia juga pernah berjualan minyak wangi. Seraya tertawa dia bercerita, pernah seharian suntuk ia membersihkan botol-botol minyak gosok PPO untuk diisi minyak wangi hasil racikannya. Seluruh hasil kerja Aa Gym akhirnya membuahkan hasil, dia kemudian dapat membeli 1 unit mobil angkutan kota (angkot) dan kadang-kadang dia yang menjadi supirnya. Jika ada acara wisuda, dia menjual baterai dan film, selain itu juga kadang-kadang dia mengamen dari satu rumah makan ke rumah makan lainnya. “Sebenarnya tujuan saya mengamen ini bukan untuk mencari uang, melainkan ingin berlatih dalam berhadapan dengan orang lain, tapi ya lumayan juga dapat uang” ujarnya.

 B. Hubungan Antar Saudara

          Ayah dan ibu sayalah yang mendidik saya untuk mengenal kedisplinan. Saya juga merasakan bahwa saya senantiasa dilatih untuk memegang kesetiaan. Bila saya dan adik-adik saya berkelahi, yang dihukum bukan satu orang tetapi semuanya. Mengapa? Ini lantaran anak laki-lakinya berjumlah tiga orang dan satu lagi seorang wanita. Keadaan seperti itu sangat membekas di hati saya sehingga saya bersama saudara-saudara kandung saya sulit sekali berpisah. Saya mengalami kesulitan untuk jauh dari adik-adik saya. Maksud saya, jauh tidak secara fisik namun secara batin. Misalnya secara batiniah, saya tidak rela adik-adik saya tidak memiliki rumah ataupun kendaraan. Saya dan adik-adik ada keterikatan batin yang sangat tinggi.

           Namun demikian, saya dan adik-adik saya sangat menjaga harga diri masing-masing. Adik-adik saya tidak ada yang berani meminta sesuatu kepada saya. Ini lantaran, ya itu tadi, harga diri menjadi hal yang sangat ditekankan dalam menjalani hidup. Inilah etika keluarga yang senantiasa kami junjung tinggi. Masing-masing dari kami sangat menghormati hubungan kami yang dilandasi tidak saling meminta.Keadaan seperti ini sungguh membekas didalam diri saya. Dan apa yang saya alami di dalam keluarga saya ini saya terapkan di lingkungan pesantren saya. Misalnya saja, suatu ketika anak saya terlambat mendaftar untuk mengikuti pesantren kilat di DT. Saya pun tidak ingin memanfaatkan posisi saya agar anak saya diprioritaskan. Meskipun anak saya menangis, saya tetap tidak mau meminta anak saya diizinkan untuk diterima.

 C. Aa Gym Sebagai Kepala Keluarga

          Abdullah Gymnastiar memang lebih populer dipanggil Aa Gym, karena sebagian besar jama’ahnya adalah para pemuda, Aa dalam bahasa sunda berarti kakak. Dari pernikahannya dengan Ninih Muthmainnah Muhsin (cucu dari KH. Moh Tasdiqin –pengasuh pondok pesantren Kalangsari, Cijulang, Ciamis Selatan-) Allah mengaruniakan enam orang anak yakni; Ghaida Tsuraya, Muhammad Ghazi Al-Ghifari, Ghina Raudhatul Jannah, Ghaitsa Zahira Shofa, Ghefira Nur Fathimah dan Ghaza Muhammad Al-Ghazali. Anak-anaknya tersebut dididik dengan penuh disiplin dan religius, tetapi tetap dalam suasana demokratis.

          Dalam lingkungan keluarganya, Aa Gym tampaknya berusaha menciptakan suasana yang enak dan egaliter agar istri dan anak-anaknya dapat mengoreksi dirinya secara terbuka dan ikhlas. Seperti yang dituturkan oleh Aa Gym sendiri bahwa seminggu sekali biasanya dia mengumpulkan seluruh anggota keluarganya dan meminta mereka supaya menilai dirinya.

          Rupanya bagi Aa Gym sendiri, kebiasaan positif semacam ini harus dipupuk agar dapat membuat dirinya tidak anti kritik. “Saya mencoba membuat diri saya terbuka dan dapat disoroti dari sudut manapun, dan saya juga membutuhkan kritik untuk memperbaiki diri saya” ungkapnya dalam salah satu wawancara.

          Aa Gym kemudian berusaha melebarkan proses penilaian diri kepada kalangan santri, orang-orang yang ada di sekelilingnya dan para tetangga yang sehari-hari amat dekat dengannya. Mereka diminta agar terus-menerus mengoreksi dirinya agar supaya tetap berada di jalur yang benar dengan cara apapun. Aa Gym yakin bahwa semakin dirinya dapat dibuat terbuka dan dapat menerima kritikan orang lain tanpa kedongkolan atau kejengkelan, maka kemampuan dirinya akan semakin membaik dari hari ke hari. Inilah barangkali akar-akar kultural yang memberikan pengaruh fundamental yang cukup signifikan dalam diri Aa Gym, sehingga ia bisa tampil menjadi sosok Kiai masa depan ummat yang bersifat terbuka dan moderat seperti sekarang ini.

 D. Pendidikan Aa Gym

          Latar belakang pendidikan formal Aa Gym, apalagi bila dikaitkan dengan posisi dirinya sekarang ini tampak cukup unik. Diawali dari SD (Sekolah Dasar) Sukarasa III Bandung, SMP (Sekolah Menengah Pertama) 12 Bandung, SMA (Sekolah Menegah Atas) 5 Bandung, kemudian dilanjutkan dengan kuliah selama satu tahun di Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan (PAAP) Unpad, terakhir di Akademi Teknik Jenderal Ahmad Yani (kini Universitas Ahmad Yani -Unjani-) hingga sarjana muda, waktu itu Aa Gym meraih gelar Bachelor of Electrical Engineering. Sebenarnya Aa Gym ingin meneruskan kuliahnya hingga S1, namun waktu itu ia sudah jarang kuliah dan dia tidak enak karena tidak mengikuti prosedur yang semestinya.

          Dari prestasi akademik beliau juga masuk peringkat yng lumayan, misalnya waktu SD ia menjadi siswa berprestasi kedua dengan selisih hanya satu angka dari sang juara. Dan sewaktu kuliah pun nilai-nilai akademik Aa Gym tetap terjaga dengan baik sehingga beliau sempat terpilih untuk mewakili kampusnya dalam pemilihan mahasiswa teladan. Dengan kata lain, banyak prestasi yang diperoleh pada waktu remaja dan beranjak sebagai pemuda. Di rumah Aa Gym berjejer rapi piala dan penghargaan lain akibat prestasi Aa Gym tersebut.

          Pada tahun 1990, Aa Gym telah diberi amanah oleh jama’ahnya untuk menjadi ketua Yayasan Darut Tauhid, Bandung. Dari sini terlihat bahwa secara formal Aa Gym sebenarnya tidak dibesarkan atau dididik di lingkungan pesantren yang ketat ( terutama pesantren dalam pengertian tradisional). Dalam kaitan ini Aa Gym mengakui ada hal-hal yag tidak biasa dalam perjalanan hidupnya. “Secara syari’at memang sulit diukur bagaimana saya bisa menjadi Aa yang seperti sekarang ini” ujarnya. “Akan tetapi, lanjutnya, saya merasakan sendiri bagaimana Allah seolah-olah telah mempersiapkan diri saya untuk menjadi pejuang di jalan-Nya”. Dengan hati-hati dan tawadhu ia menuturkan pencarian jati dirinya yang diwarnai beberapa peristiwa aneh yang mungkin hanya bisa disimak lewat pendekatan imani.

 E. Belajar kepada Adik

          Di rumah saya itu pulalah saya kemudian menjumpai adik saya yang nomer tida yang keadaan fisiknya lemah sekali. Dimasa kecilnya, adik saya itu diambil sumsum tulang belakangnya lantaran sakit. Kalau tak salah, sakit step. Jadi, adik saya itu katanya mengalami pengeringan sumsum. Perlahan sekali mata adik saya menjadi juling. Separuh tubuhnya kaku. Jalannya pun tidak normal, yaitu dengan menggeserkan tubuhnya.

          Disinilah saya seperti menjumpai sebuah kehidupan yang lain daripada yang lain. Dibalik segala kelemahannya sebagai manusia saya melihat adik saya itu sebagai orang hebat. Diantara kita sekeluarga, adik saya itu paling shaleh. Pemahaman agamanya, menurut saya terbaik diantara kami sekeluarga. Dan yang paling mengherankan saya, dia itu bicaranya bagus. Pokoknya berbobotlah.

          Saya ini pernah menyabet juara pidato di kampus. Saya juga dikenal sebagai pembicara yang mampu mempengaruhi orang lain. Namun, bila dibandingkan dengan adik saya, saya kalah jauh. Kata-kata yang diucapkan adik saya ini lebih bersih ketimbang kata-kata saya. Saya merasakan sekali adik saya ini memiliki daya gugah. Saya heran sekali tentang ini.

          Pokoknya, kalau dia ngomong saya merasa kalah. Saya terus merenungkan tentang hal ini. Suatu ketika, dia memberikan nasihat yang sangat mengesankan saya. Kalau tak salah, dia berkata begini,”Aa itu tidak akan pernah bahagia, kecuali Aa mengenal dan mencintai Allah. Dan Aa tidak akan pernah mencapai kemuliaan yang hakiki, kecuali Aa mengenal dan meniru Rasulullah”.

          Sayalah yang kemudian mengantar adik saya yang malah terus rajin kuliah di jurusan Ekonomi Unpad. Saya senantiasa menggendongnya untuk menuju ruang kuliahnya. Saya kemudian tidur satu kamar dengan adik saya ini. Dia tak kenal menyerah,padahal keadaannya terus melemah. Duduk pun sudah tidak bisa. Tangannya pun lama-kelamaan sudah susah bergerak. namun, semua itu tidak menghalanginya untuk tidak tersenyum. Dia senantiasa menampakkan wajah yang ceria.

          Jadi, dengan keadaan adik saya seperti itu saya bisa belajar banyak. Saya waktu itu dipuji sana-sini. Saya merasakan sekali bahwa adik saya tiu jauh lebih besar daripada saya. Apa yang sudah saya capai tampak kecil dibandingkan dengan kehidupan adik saya.

          Shalat tajahud pun tidak pernah dilepasnya. Sayalah yang senantiasa menggendongnya bila kami berdua akan ke mesjid. Meskipun untuk bernapas sudah susah sekali, dia tetap mendisplinkan diri untuk ke mesjid. Sampai akhirnya dia meninggal di pangkuan saya.

          Dialah guru saya yang pertama. Guru pertama saya ini adalah seorang yang cacat, yang lumpuh, yang matanya juling, yang telinganya hampir tuli, yang tidak bergerak. Lalu bagaimana mungkin saya meremehkan orang lain, bila guru saya sendiri lebih muda daripada saya dan seorang yang tidak berdaya? Ini merupakan pelajaran yang teramat berharga dari Allah SWT.

          Dari pengalaman berinteraksi dengan adik saya, yang merupakan guru pertama saya, inilah saya kemudian mencari guru-guru yang lain. Jadi kalau masyarakat mau tahu bagaimana Allah membimbing saya, ya Dia berika kepada saya guru yang jauh lebih muda dari saya, orang yang lemah tak berdaya, orang yang cacat, lumpuh. Dan sekarang, kalau saya didengar oleh begitu banyak orang, saya berharap pahalanya diberikan kepada guru pertama saya itu.

 F. Peristiwa Yang Merubah Jalan Hidup Aa Gym

          Bermula dari sebuah pengalaman langka, nyaris sekeluarga (Ibu, Adik dan Dirinya sendiri) pada suatu ketika dalam tidur mereka secara bergiliran bertemu dengan Rasulullah SAW……Sang Ibu bermimpi mendapati Rasulullah sedang mencari-cari seseorang………Pada malam yang lain giliran salah seorang adiknya bermimpi Rasulullah mendatangi rumah mereka. Ketika itu Ayahnya langsung menyuruh Gymnastiar, “Gym, ayolah temani Rasul”. Ketika ditemui ternyata Rasul menyuruh Gymnastiar untuk menyeru orang-orang agar mendirikan shalat. Beberapa malam setelah itu, Aa memimpikan hal yang sama. dalam mimpinya, dia sempat ikut shalat berjama’ah dengan Rasulullah dan keempat sahabat (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali) pada saat itu Aa Gym berdiri disamping Ali, sementara Rasulullah bertindak sebagai imam. Namun sebelum mimpi ini, terlebih dahulu ia bermimpi didatangi oleh seorang tua yang berjubah putih bersih dan kemudian mencuci mukanya dengan ekor bulu merak yang disaputi madu. Setelah itu, orang tua tersebut berkata, “Insya Allah kelak ia akan menjadi orang yang mulia”. Aa Gym mengaku sulit melupakan mimpi yang ini.

          Setelah peristiwa mimpi itu, Aa Gym merasa mengalami guncangan batin, rasa takutnya akan perbuatan dosa membuat dia berperilaku aneh dimata orang lain, misalnya sering Aa Gym menangis ketika ada orang yang menyebut nama Allah, atau hatinya jengkel bila pagi tiba karena sedang asyik bertahajjud. Melihat tingkah lakunya ini, orang tuanya bahkan sempat menyarankan dirinya agar mengunjungi psikiater. Salah satu pengalaman menarik yang diungkapkannya belakangan ini berkaitan dengan masa-masa menjalani pengalaman spiritual dulu adalah tentang kata “Allah” yang senantiasa tidak pernah lepas dari bibirnya. Kata Aa Gym pula, sang istri dulu tertarik pada dirinya lantaran dia sering mengucapkan “Bismillah” dan “Alhamdulillah”. Dengan kata lain, pada masa-masa itu Aa Gym telah mengalami mabuk kepayang kepada Allah SWT.

          Menurut Aa Gym setelah melalui proses pencarian itu, dia bertemu dengan empat orang ulama yang sangat memahami keadaannya. Seorang ulma sepuh yang pertama kali ditemuinya itu mengatakan bahwa dia telah dikaruniai tanazzul oleh Allah, yakni proses secara langsung dibukakan hatinya untuk mengenal-Nya tanpa proses riyadhoh. Sementara KH. Khoer Affandi, seorang ulama tasawwuf terkenal dan juga pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Huda, Tasikmalaya, yang ditemuinya berdasarkan saran ulama sepuh yang pertama kali ditemuinya tersebut mengatakan bahwa dirinya telah dikaruniai ma’rifatullah. Dua ulama lain juga mengatakan hal yang serupa dengan ulama tasawwuf diatas, keduanya adalah Ayah dan Kakek seorang wanita yang kini menjadi pendamping hidupnya. Keempat ulama ini bagi Aa Gym, jasanya jelas tidak dapat dilupakan karena telah memberi les kepadanya tanpa harus nyantri bertahun-tahun lamanya.

          “Mungkin berkat ilmu tersebut, lidah dan pikiran saya dimudahkan oleh-Nya untuk menjelaskan sesuatu kepada masyarakat” ujarnya. Memang diakui oleh Aa Gym sendiri, hampir setiap hari dia dapat mengajar sekaligus belajar kepada banyak orang. Dia lebih sering menimba ilmu dari lingkungan sekitarnya, terutama kepada orang-orang yang dijumpainya. Dengan cara seperti itulah materi-materi yang disampaikan oleh Aa Gym bisa sesuai dengan kehidupan dan perkembangan masyarakat pada saat itu.

 G. Karya-karya Aa Gym

          Diantara tulisan lepas beliau adalah : Getaran Allah di Padang Arafah, Indahnya Hidup Bersama Rasulullah, Nilai hakiki Do’a, Seni Menata Hati Dalam Bergaul, Membangun Kredibilitas : Kiat Praktis, Menjadi Orang Terpercaya, Seni Mengkritik dan Menerima Kritik, Mengatasi Minder, Ma’rifatullah, Lima Kiat Praktis Menghadapi Persoalan Hidup, Bersikap Ramah Itu Indah dan Mulia, Menuju Keluarga Sakinah, dll.

 Referensi:
 - Dikutip dari buku: ‘Aa Gym dan Fenomena Daarut Tauhiid’ penerbit Mizan hal 245-252
 - Aziz’s blog

0 komentar:

Posting Komentar