Ya Allah Izinkan Aku untuk beribadah di Tanah Suci... Aamiin

Senin, 02 Juli 2012

Tsumamah bin Utsal


“Menetapkan embargo ekonomi atas orang-orang kafir Quraisy.”

          Di tahun keenam hijriyah, Rasulullah Saw berniat memperluas wilayah cakupan dakwah beliau kepada Allah, maka beliau menulis delapan surat kepada raja-raja Arab dan Ajam. Nabi Saw mengirimkan kepada mereka untuk menyeru mereka kepada Islam.
          Di antara orang yang mendapat surat Rasulullah Saw adalah Tsumamah bin Utsal al-Hanafi.
          Tidak mengherankan karena Tsumamah adalah salah seorang permbesar orang-orang Arab di zaman Jahiliah.
          Salah seorang pembuka Bani Hanifah yang terpandang.
          Salah seorang raja Yamamah yang perintahnya senantiasa ditaati.
          Tsumamah menerima surat Nabi Saw dengan sikap angkuh dan melecehkan. Harga dirinya kepada dosa terpicu, maka menutup kedua telinganya rapat-rapat agar tidak mendengar dakwah kepada kebaikan dan kebenaran itu.
           Kemudian setan menguasai Tsumamah, dia membujuknya agar ia membunuh Rasulullah Saw dan mengubur dakwahnya bersamanya. Dia mulai mencari peluang untuk membunuh Nabi Saw sampai dia mendapatkan kesempatan itu. Kejahatan buruk ini hampir terlaksana jika salah seorang paman Tsumamah tidak mengurungkan niat Tsumamah di kesempatan terakhirnya, sehingga Allah menyelamatkan Nabi Saw dari keburukannya.
          Tsumamah, bila dia bisa menghentikan niat jahatnya terhadap Nabi Saw, namun dia tidak bisa menghentikannya pada dari para shahabat Nabi Saw. Tsumamah mengincar mereka, sehingga dia berhasil menangkap beberapa orang dari mereka dan membunuh mereka secara emosional, sehingga Nabi Saw menghalalkan darahnya dan mengumumkannya di hadapan para shahabatnya.
          Tidak lama setelah itu Tsumamah berniat untuk menunaikan ibadah umrah, maka dia berangkat meninggalkan bumi Yamamah menuju Makkah, dia sudah membayangkan akan melaksanakan Thawaf dan menyembelih kurban untuk berhalanya.
          Ketika Tsumamah dalam perjalanan menuju Makkah di dekat kota Madinah, dia mendapatkan sebuah musibah yang tidak pernah dia duga sebelumnya.
          Sebuah pasukan Rasulullah Saw yang sedang berpatroli di sekeliling Madinah, yang bertugas menjaga keamanannya dari serangan mandadak dari musuh atau melindunginya dari pelanggaran orang yang membawa keburukan, memergoki perjalanan Tsumamah.
          Pasukan ini menawannya, sementara mereka tidak mengenal siapa dia, pasukan ini membawanya ke Madinah, mengikatnya di salah satu tiang masjid, menunggu Rasulullah Saw yang akan melihat perkara tawanan ini dan menetapkan perintahnya padanya.
         Manakala Nabi Saw pergi ke masjid, dan hampir masuk kedalamnya, beliau melihat Tsumamah terikat di sebuah tiang, maka beliau bersabda, “Apakah kalian tahu siapa dia?”
          Merka menjawab, “Tidak, ya Rasulullah.”
          Beliau berkata, “Ini Tsumamah bin Utsal al-Hanafi, tawanlah dia dengan baik.”
          Kemudian Rasulullah Saw pulang ke keluarga beliau seraya bersabda, “Kumpulkanlah makanan lezat yang kalian miliki dan hidangkanlah kepada Tsumamah bin Utsal.”
          Kemudian Nabi Saw memerintahkan agar unta beliau diperah di pagi dan sore hari lalu susunya disuguhkan kepada Tsumamah.
          Semua itu dilakukan kepada Tsumamah sebelum Rasulullah Saw bertemu dengannya dan sebelum beliau berbicara kepadanya.
          Selanjutnya Nabi Saw menemui Tsumamah, beliau ingin menyerunya kepada Islam secara perlahan, beliau bertanya kepadanya, “Apa yang kamu miliki wahai Tsumamah?”
          Dia menjawab, “Aku mempunyai kebaikan wahai Muhammad, jika kamu membunuh maka kamu membunuh pemilik darah, namun jika kamu memberi maaf maka kamu memberi maaf kepada orang yang berterimakasih. Jika kamu ingin harta maka katakan saja niscaya kamu akan kami berikan apa yang kamu inginkan.”
          Nabi Saw membiarkannya dalam keadaan demikian selama dua hari. Makanan dan minuman lezat selalu disuguhkan kepadanya, susu unta tetap diperah untuknya. Kemudian Nabi Saw menemuinya kembali, beliau bertanya, “Apa yang kamu miliki wahai Tsumamah?”
          Tsumamah menjawab, “Aku hanya mempunyai apa yang aku katakan sebelumnya. Jika kamu memberi maaf maka kamu memberi maaf kepada orang yang berterimakasih, jika kamu membunuh maka kamu membunuh pemilik darah. Jika kamu menginginkan harta  maka mintalah niscaya kami akan memberi seberapa saja yang kamu mau.”
          Lalu Rasulullah Saw melihat para shahabatnya dan bersabda, “Lepaskan Tsumamah.” Maka mereka membuka ikatannya dan melepaskannya.
          Tsumamah meninggalkan masjid Rasulullah Saw , dia berlalu sampai tiba di sebuah kebun kurma di pinggir Madinah dekat al-Baqi yang ada mata airnya. Tsumamah menghentikan kendaraannya di sana. Dia bersuci dengan menggunakan airnya secara baik, kemudian membalikkan langkahnya menuju masjid.
          Begitu tiba di masjid, dia berdiri di hadapan sekumpulan orang dari kaum muslimin dan berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.”
Selanjutnya Tsumamah menemui Nabi Saw dan berkata, “Wahai Muhammad, demi Allah di muka bumi ini tidak ada wajah yang paling aku benci melebihi wajahmu, namun sekarang wajahmu menjadi wajah yang paling aku cintai. Demi Allah, tidak ada agama yang paling aku benci melebihi agamamu, namun saat ini agamamu menjadi agama yang paling aku cintai.”
          Kemudian dia menambahkan, “Dulu aku pernah membunuh beberapa orang dari shahaba-shahabatmu, apa yang harus aku pukul karenanya?”
          Nabi Saw menjawab, “Tidak ada dosa atasmu wahai Tsumamah,karena Islam menghapus apa yang sebelumnya.”
          Nabi Saw menyampaikan berita gembira berupa kebaikan yang Allah tetapkan karena keislamannya.
          Maka wajah Tsumamah berbinar, dia berkata, “Demi Allah, aku akan melakukan terhadap orang-orang musyrikin sesuatu yang jauh lebih berat dari pada apa yang telah aku lakukan terhadap shahabat-shahabatmu. Aku meletakkan pedangku, jiwaku dan orang-orangku demi mebelamu dan membela agamamu.”
          Kemudian Tsumamah berkata, “Ya Rasulullah, pasukanmu menagkapku, pada saat itu aku hendak melaksanakan umrah, menurutmu apa yang aku lakukan?”
          Nabi Saw menjawab, “Teruskan Umrahmu namun di atas syariat Allah dan Rasulnya.” Lalu Nabi Saw mengajarkan manasik umrah kepadanya.
          Tsumamah melanjutkan langkahnya untuk melaksanakan niatnya, dia tiba di lembah Makkah, maka dia berdiri mengangkat suaranya dengan lantang, “Labbaika Allahumma labbaik, labbaika la syrika laka labbaik, innal hamda wan ni’mata laka wal mulk la syarika laka.”
          Muslim pertama di muka bumi yang masuk Makkah dengan bertalbiyah.
          Orang-orang Quraisy mendengar suara talbiyah, maka mereka berhamburan keluar penuh dengan kemarahan dan kekhawatiran, pedang-pedang ditarik dari sarungnya, mereka menuju sumber suara untuk membuka pemiliknya yang telah menganggu kandang mereka.
          Manakala orang-orang datang kepada Tsumamah, dia pun lebih meninggikan suara talbiyahnya sambil memandang mereka penuh dengan kebanggaan. Beberapa anak muda Quraisy berniat melepaskan anak panah kepadanya, namun para pemuka Quraisy mencegah mereka. Para pemuka Quraisy berkata, “Celaka kalian, Apakah kalian tahu siapa orang ini? Dia adalah Tsumamah bin Utsal, raja Yamamah, demi Allah, kalau kalian mencelakainya niscaya kaumnya akan memutuskan pengiriman gandum kepada kita, akibatnya kita akan mati kelaparan.”
          Kemudian orang-orang datang mendekati Tsumamah setelah mereka memasukkan pedang-pedang ke dalam sarung masing-masing, mereka bertanya, “Ada apa denganmu wahai Tsumamah? Apakah kamu telah menjadi shabi` dan meninggalkan agamamu dan agama leluhurmu.
          Maka dia menjawab, “Aku tidak menjadi shabi`, tetapi aku mengikuti agama terbaik, aku mengikuti Muhammad.”
          Tsumamah menambahkan, “Aku bersumpah demi Ilah Ka’bah ini, setelah aku pulang ke Yamamah tidak ada lagi pengiriman sebiji gandum pun atau sebagian dari hasil buminya sebelum kalian semuanya mengikuti Muhammad.”
          Tsumamah bin Utsal melaksanakan umrah dihadapan orang-orang Quraisy seperti yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw.
          Dia menyembelih dam untuk mendekatkan diri kepada Allah bukan untuk berhala-berhala. Setelah dia tiba di tengah kaumnya, dia memerintahkan mereka agar menahan gandum dari orang-rang Quraisy, mereka pun menaari dan mengikuti perintahnya, mereka menahan hasil bumi mereka dari orang-orang Makkah.”
          Embargo yang ditetapkan oleh Tsumamah atas Quraisy mulai berdampak terhadap mereka sedikit demi sedikit, harga makanan mulai melambung, kelaparan mulai menyebar di kalangan masyarakat, kesulitan mendera mereka sehingga mereka khawatir atas diri mereka dan anak-anak mereka akan mati kelaparan.
          Pada saat itu mereka menulis surat kepada Rasulullah Saw yang isinya:
“Yang kami tahu tentangmu adalah bahwa kamu penyambung tali silaturrahim dan memerintahkan untuk melakukannya. Namun sekarang kamu telah memutuskan rahim-rahim kami, kamu membunuh bapak-bapak kami dengan pedang dan mematikan anak-anak kami dengan kelaparan. Tsumamah bin Utsal telah mengutus pengiriman gandum sehingga hal itu menyulitkan bagi kami. Jika kamu berkenan untuk menulis kepadanya agar dia mengirim apa yang kami perlukan maka lakukanlah.”
          Nabi Saw menulis kepada Tsumamah agar mengirimkan kembali gandum kepada orang Quraisy maka dia pun melakukannya.
          Tsumamah bin Utsal selama hidupnya tetap setia kepada agamanya, menjaga janjinya kepada Nabi Saw. Manakala Rasulullah Saw wafat dan orang-orang Arab mulai murtad meninggalkan Islam, baik sendiri-sendiri maupun berjamaah dan Msailamah muncul di antara Bani Hanifah menyeru mereka agar beriman kepadanya, Tsumamah menghadangnya, dia berkata kepada kaumnya, “Wahai Bani Hanifah, jauhilah perkara gelap yang tidak mempunyai cahaya ini. Demi Allah ia adalah kesengsaraan yang Allah Swt tetapkan atas siapa yang mengambilnya dari kalian dan ujian bagi siapa yang tidak mengambilnya.”
          Kemudian dia berkata, “Wahai Bani Hanifah, tidak berkumpul dua orang Nabi dala satu waktu. Bahwa Muhammad adalah utusan Allah yang tiada Nabi sesudahnya, tiada Nabi yang berserikat dengannya.”
          Kemudian dia membacakan firman Allah Ta’ala:
“Haa Miim. Al-Quran ini di turunkan dari Allahyang maha Perkasa lagi maha mengetahui, yang mengampuni dosa dan menerima taubat lagi keras hukumNya yang mempunyai karunia. Tiada Ilah yang berhak disembah selain Dia. Hanya kepadaNyalah semua makhluk kembali.” (QS. Ghafir: 1-3)
          Kemudian dia berkata, “Bagaimna mungkin firman Allah Ta’ala ini dibandingkan dengan ucapan Musailamah, “Wahai kodok, bersihkanlah apa yang kamu bersihkan, bukan makanan yang kamu halangi dan bukan air yang kamu keruhkan.”
          Kemudian Tsumamah menyingkir bersama orang-orang  yang masih memegang Islam dari kaumnya, dia berperang melawan orang-orang murtad demi menegakkan jihad di jalan Allah dan meninggikan kalimatNya di muka bumi.
          Semoga Allah membalas Tsumamah bin Utsal atas jasa kebaikannya kepada Islam dan kaum muslimin dengan kebaikan serta memuliakannya dengan surga yang dijanjikan bagi orang-orang yang bertakwa.
         

0 komentar:

Posting Komentar