Ya Allah Izinkan Aku untuk beribadah di Tanah Suci... Aamiin

Senin, 02 Juli 2012

Abdullah bin Hudzafah as-Sahmi


“Sudah sepatutnya bagi setiap muslim untuk mencium kepala Abdullah bin Hudzafah, dan aku yang pertama kali akan memulainya.”
(Umar bin al-Khattab)

          Pahlawan kisah kita kali ini adalah seorang laki-laki dari shahabat Nabi Saw yang bernama Abdullah bin Hudzafah as-Sahmi.
          Sejarah mungkin melewati nama laki-laki ini sebagaimana ia melewati jutaan orang-orang Arab sebelumnya tanpa mencatatnya dalam lembarannya atau terbetik dalam benaknya.
          Namun Islam yang agung memberi peluang kepada Abdullah bin Hudzafah as-Sahmi untuk bertemu dengan pengusaha dunia di zamannya, Kisra Raja Persia dan Kaisar Raja Romawi.
          Dengan dua penguasa ini Abdullah mempunyai kisah yang terus dikenang oleh benak Zaman dan diingat oleh lisan sejarah.
          Kisahnya dengan Kisra, Raja Persia terjadi di tahun ke Enam Hijriyah, saat itu Nabi Saw bermaksud mengirim beberapa orang shahabatnya untuk menyampaikan surat-surat beliau kepada Raja Ajam, beliau ingin mengajak mereka masuk ke dalam agama Islam.
          Rasulullah Saw sudah memperhitungkan betapa pentingnya rencana ini.
          Para utusan itu akan berangkat ke negeri-negeri yang sangat jauh yang mereka belum pernah mengenalnya sedikitpun sebelumnya.
          Mereka tidak memahami bahasa peduduknya, mereka juga tidak mengenal kebiasaan raja-rajanya.
          Kemudia mereka akan menyeru raja-raja itu agar meninggalkan agama mereka, meninggalkan kebanggaan dan kekuasaan mereka  dan masuk ke dalam sebuah agama milik suatu kaum yang belum lama menjadi bagian dari pengikutnya.
          Perjalanan yang berbahaya, yang berangkat akan hilang  dan yang pulang akan dianggap sebagai orang yang baru lahir .
          Karena itulah Nabi Saw mengumpulkan para shahabatnya, beliau berkhutbah di hadapan mereka, beliau memuji Allah dan menyanjungnNya, beliau bertasyahud lalu bersabda, “Amma Ba’du, sesungguhnya aku akan mengutus sebagian dari kalian kepada para raja Ajam, maka jangan berselisih atasku seperti Bani Israil yang berselisih atas Isa putri Maryam.”
          Para shahabat NabiSaw menjawab, “Kami, Ya Rasulullah, akan menunaikan tugasmu dengan baik, silahkan mengtus siapa yang engkau inginkan.”
Rasulullah Saw memilih enam orang dari para shahabat untuk mengemban misi menyampaikan surat-surat beliau kepada raja-raja Ajam. Di antara keenam orang tersebut  adalah Abdullah bin Hudzafah as-Sahmi. Laki-laki ini terpilih untuk menyampaikan surat Rasulullah Saw kepada Kisra Raja Persia.
          Abdullah bin Hudzafah menyiapkan kendaraannya, mengucapkan selamat tinggal kepada isteri dan anak-anaknya, dia berangkat menuju tempat tujuan, dataran tinggi mengangkatnya, lembah menurunkannya, sendiri tidak bersama siapapun selain Allah, sehingga dia tiba di negeri Persia, dia meminta izin bertemu dengan Raja, dia mengatakan kepada para penjaga bahwa surat yang dia bawa sangat penting.
          Pada saat itu Kisra meminta  agar istanahnya dihias, dia mengundang para pembesar negara untuk hadir di majlisnya dan mereka pun hadir, kemudian Abdullah bin Hudzafah diizinkan untuk masuk kepadanya.
          Abdullah bin Hudzafah masuk menemui pemimpin negeri Persia dengan jubahnya yang usang dan pakaiannya terajut dengan kasar, terlihat kebersahajaan orang Arab pada dirinya.
          Namun dia hadir dengan kepala tegak dan badan tegap, dadanya bergolak dengan kemuliaan Islam, hatinya berkobar dengan keagungan iman.
          Begitu Abdullah masuk,Kisra memberi isyarat kepada salah seorang pengawalnya agar mengambil surat dari tangan Abdullah, namun Abdullah menepis seraya berkata, “Tidak, Rasulullah Saw memerintahku agar menyerahkannya secara langsung, aku tidak akan menentang  perintah Rasulullah Saw.”
          Maka Kisra berkata kepada pengawalnya, “Biarkan dia mendekat kepadaku.” Maka Abdullah mendekat sehingga dia menyerahkan surat Rasulullah Saw kepadanya secara langsung.
          Kemudian Kisra memanggil seorang sekretaris  dari al-Hirah dan memerintahkannya  untuk membuka surat di hadapannya serta membacakannya kepadanya. Isinya adalah,
          “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, dari Muhammad Rasulullah kepada Kisra penguasa Persia, salam kepada orang yang mengikuti petunjuk...”
          Begitu Kisra mendengar bagian surat tersebut, maka api kemarahan langsung tersulut dalam dadanya, wajahnya merah, urat lehernya menegang, karena Rasulullah Saw memulai suratnya dengan menyebut nama dirinya, maka Kisra menarik surat itu dari tangan sekretarisnya,merobeknya tanpa mengetahui apa isinya sambil berteriak, “Beraninya dia menulis seperti ini padahal dia adalah bawahanku ( yang tinggal di wilayah kekuasaanku).”
          Kemudian Kisra memerintahkan agar Abdullah bin Hudzafah diusir dari majlisnya, maka diapun diusir.
          Abdullah bin Hudzafah meninggalkan majlis Kisra sementara dia tidak mengetahui apa yang Allah perbuat untuknya, apakah dia akan dipenggal atau akan dibiarkan bebas?
          Tetapi tidak lama kemudian dia berkata, “Demi Allah, aku tidak peduli dalam keadaan apapun, yang penting aku sudah menunaikan tugas Rasulullah Saw.” Lalu dia menaikki kendaraannya.
          Manakala kemarahan Kisra sudah mereda, dia memerintahkan agar Abdullan bin Hudzafah dipanggil dan di dihadirkan kepadanya, namun mereka tidak menemukannya, mereka mencari-cari Abdulullah, namun mereka tidak menemukan jejaknya. Mereka terus mencari di jalan-jalan yang menuju Jazirah, Mereka mendapat Abdullah telah jauh berjalan meninggalkan Persia.
          Ketika Abdullah bin Hudzafah tiba di depan Nabi Saw, dia menyampaikan apa yang terjadi kepada beliau,  bahwa Kisra merobek surat beliau, maka Nabi Saw hanya berdo’a pendek, “Semoga Allah merobek-robek kerajaannya.”
          Kisra menulis surat kepada Badzan gubernurnya di yaman, “Utuslah dua orang laki-laki yang kuat kepada seorang laki-laki yang mengaku sebagai Nabi di Hejaz, perintahkan dua orang laki-laki itu agar membawanya kepadaku.”
          Maka Badzan (gubernur itu) mengutus dua orang laki-laki terpilih kepada Rasulullah Saw dengan membawa surat darinya, dalam surat tersebut Badzan meminta Rasulullah Saw agar segera berangkat untuk menemui Kisra bersama dua orang laki-laki itu.
          Badzan meminta dua utusannya agar mencari tahu tentang berita Nabi Saw, meneliti perilakunya dan membawa wawasan-wawasan yang mereka ketahui tentang diri pribadinya.
          Dua orang laki-laki itu berangkat, keduanya berjalan denga cepat sehingga keduanya tiba di Thaif dan bertemu dengan beberapa pedagang dari Quraisy, keduanya bertanya kepada mereka tentang Muhammad, mereka berkata, “Dia di Yastrib.”
          Kemudian para pedagang itu kembali ke Makkah dengan kebahagiaan, mereka memberi ucapan selamat kepada orang-orang Quraisy , “Berbahagialah kalian dan bersuka citalah, karena Kisrah telah menghadapi Muhammad dan mencukupkan keburukannya dari kalian.” 
          Adapun dua orang laki-laki utusan Badzan tersebut segera menuju Madinah, keduanya tiba di sana dan bertemu dengan Nabi Saw, mereka menyerahkan surat Badzan kepada beliau seraya berkata, “Raja diRaja,Kisra, telah menulis surat kepada Raja kami Badzan agar mengirim orang yang diberi tugas membawamu kepadanya, kami datang kepadamu agar kamu berkenan berangkat bersama kami kepada Kisra, jika kamu berkenan berangkat bersama kami maka kami akan meminta Kisra agar memperlakukanmu dengan baik dan tidak menyakitimu, namun jika kamu menolak maka kamu telah mengetahui kekuatannya, kekejamannya dan kemampuannya untuk mencelakakanmu dan mencelakakan kaummu.”
          Rasulullah Saw hanya tersenyum dan bersabda kepada keduanya, “pulanglah ke tempat istirahat kalian, kembalilah esok hari.”
          Manakala keduanya kembali kehadapan Nabi Saw  di keesokkan harinya, mereka berkata kepada Nabi Saw, “Apakah kamu sudah bersiap-siap untuk berangkat bersama kami menemui Kisra?”
          Nabi Saw menjawab, “Kalian berdua tidak akan bertemu Kisra setelah hari ini. Allah telah mematikannya, Dia telah menyerahkan kekuasaannya kepada anaknya Syirawaih di malam ini di bulan ini.”
          Keduanya menatap wajah Rasulullah Saw dalam-dalam, rasa takjub terbaca dengan jelas dari raut muka mereka berdua, keduanya berkata , “Apakah kamu menyadari apa yang kamu katakan? Kami akan menulis hal ini kepada Badzan.”
          Nabi Saw menjawab, “Ya, katakan kepadanya bahwa agamaku akan menjangkau apa yang dijangkau oleh kerajaan Kisra, jika kamu masuk islam, maka aku akan memberimu apa yang ada di tanganmu dan menjadikanmu Raja atas kaummu.”
          Tidak lama setelah itu Badzan menerima surat Syirawaiah yang berisi:
          “ Amma ba’du, aku telah membunuh Kisra, aku tidak membunuhnya kecuali demi membalas dendam untuk kaum kita, dia telah membunuh orang-orang mulia mereka, menawan kaum wanita mereka dan merampas harta benda mereka, jika suratku ini telah sampai di tanganmu maka ambillah baiat dari kaummu untukku.”
          Begitu Badzan membaca surat Syirawaih, dia meletakkannya di samping dan mengumumkan dirinya masuk islam, orang-orang Persia di negeri Yaman mengikutinya masuk islam.
          Ini adalah kisah pertemuan Abdullah bin Hudzafah dengan Kisra Persia
          Lalu bagaimana kisah pertemuannya dengan kaisar raja Romawi?
          Pertemuan keduanya terjadi di zaman khilafah Umar bin al-Khattab, kisah pertemuan Abdullah dengan Kaisar merupakan kisah yang sangat mengagumkan.
          Di tahun 19 hijriah Umar bin al-khattab Ra mengutus pasukan untuk berperang melawan orang-orang Romawi, di antara pasukan tersebut terdapat Abdullah bin Hudzafah as-Sahmi. Kaisar penguasa Romawi sudah mendengar berita-berita tentang bala tentara kaum muslim, mereka mengiasi diri dengan iman yang benar, akidah yang kokoh dan kerelaan mengorbankan nyawa di jalan Allah dan RasulNya.
          Maka dia memerintahkan tentaranya agar jika mereka bisa menangkap  sebagian dari kaum muslimin, mereka  membiarkannya hidup karena dia ingin bertemu dengan mereka. Abdullah bin Hudzafah jatuh sebagai tawanan ditangan orang-orang Romawi, mereka membawanya kepada Kaisar, mereka berkata, “Orang ini termasuk orang-orang pertama dari shahabat Muhammad yang masuk ke dalam agamanya, kami menawannya dan membawanya kepadamu.”
          Raja Romawi Abdullah bin Hudzafah dengan teliti, kemudian dia berkata, “Aku menawarkan sesuatu kepadamu. “ Abdullah bertanya, “Apa itu?”
          Kaisar berkata, “Masuklah kamu kedalam agama Nasrani, jika kamu berkenan maka aku akan membebaskanmu  dan memberimu kedudukan terhormat.”
          Kaisar berkata, “Aku melihatmu sebagai laki-laki pemberani, jika kamu menerima tawaranku maka aku akan membagi kekuasan denganmu dan kita sama-sama memerintah dan menguasainya.”
          Tawanan yang terikat dengan tambang itu tersenyum dan berkata, “Demi Allah, seandainya kamu menyerahkan seluruh apa yang kamu miliki dan segala apa yang dimilik oleh orang-orang Arab dengan syarat aku meninggalkan agama Muhammad sekajap pun niscaya aku tidak akan melakukannya.”
          Kaisar berkata, “Kalau begitu aku membunuhmu.”
          Abdullah menjawab, “Lakukan apa yang engkau inginkan.”
          Kemudian tangan Abdullah diikat di tiang salib, dan Kaisar berkata kepada pengawalnyadengan bahasa Romawi, “Lepaskanlah anak panah didekat kedua tangannya.” Sementara Kaisar tetap menawarkan kepadanya agar masuk ke agamanya namun Abdullah tetap menolak.
          Maka Kaisar berkata, “Lepaskankah kedua anak panah didekat kedua kakinya.” Dan Kaisar tetap menawarkan kepadanya agar meninggalkan agamanya namun Abdullah tetap menolak.
          Pada saat itu Kaisar memerintahkan pengawalnya untuk berhenti, dia meminta agar mereka menurunkannya dari tiang salib, kemudian dia meminta agar sebuah bejana besar disiapkan, lalu diisi dengan minyak, bejana itu diangkat ke atas tungku api sampai minyak itu mendidih, lalu Kaisar meminta kedua orang tawanan dari kaum Muslimin untuk dihadirkan, lalu Kaisar memerintahkan agar salah seorang dari keduanya dilemparkan ke dalam bejana mendidih tersebut, sehingga dan dagingnya terkelupas dan tulangnya terlihat telanjang.
          Di saat itu Kaisar menoleh kepada Abdullah dan kembali mengajaknya masuk ke agama Nasrani, tetap Abdullah justru menolak lebih keras daripada sebalumnya.
          Manakala Kaisar berputus asa darinya, dia memerintahkan pengawalnya agar melemparkan Abdullah ke dalam bejana seperti kedua rekannya sebelumnya, dikala pengawal membawa Abdullah, dia mulai menangis, sehingga nampak para pengawal itu berkata kepada Raja mereka, “Dia menangis.” Kaisar pun menyangka bahwa Abdullah telah dibayang-bayangi ketakutan, dia berkata, “Kembalikan dia kepadaku. “Ketika Abdullah berdiri dihadapan Kaisar, Kaisar kembali mengulangi tawarannya agar Abdullah masuk ke dalam agamanya, namun Abdullah tetap menolak.
          Kaisar menghardik, “Celaka kamu, apa yang membuatmu menangis?”
          Abdullah menjawab, “Yang membuatku menangis adalah bahwa aku berkata kepada diriku, ‘Kamu sekarang akan dilemparkan ke dalam bejana, jiwamu akan pergi. ‘Aku sangat ingin mempunyai nyawa sebanyak jumlah rambut yang ada di tubuhku, lalu semuanya dilemparkan ke dalam bejana itu fi Sabilillah. “
          Akhirnya Taghut itu menyerah dan berkata, “Apakah kamu mau mencium kepalaku dan aku akan membebaskanmu?”
          Abdullah menjawab, “Dan melepaskan seluruh tawanan kaum Muslimin?”
          Abdullah berkata, “Aku berkata dalam diriku, “Musuh Allah, aku akan mencium keningnya, lalu aku bebas demikian juga seluruh tawanan kaum Muslimin, tidak mengapa aku melakukan hal itu.”
          Kemudian Abdullah mendekat dan mencium kepalanya, maka Kaisar Raja Romawi memerintahkan agar seluruh tawanan kaum muslimin dikumpulkan dan diserahkan kepada Abdullah bin Hudzafah Ra, maka perintah ini dilaksanakan.
          Sekembalinya ke kota Madinah, Abdullah bin Hudzafah datang kepada Umar bin al-Khattab, dia menceritakan kisahnya, maka al-Faruq sangat berbahagia karenanya. Umar melihat kepada para tawanan, maka dia berkata, “Patut bagi setiap muslim untuk mencium kepala Abdullah bin Hudzafah, aku yang pertama kali akan mengawalinya. “Maka Umar berdiri dan mencium kepalanya.

0 komentar:

Posting Komentar