Ya Allah Izinkan Aku untuk beribadah di Tanah Suci... Aamiin

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Rabu, 17 Oktober 2012

Abdullah bin Jahsy


“Orang pertama yang dipanggil Amirul Mukminin.”


           Shahabat yang sejarah hidupnya sedang menjadi bahan kajian kita saat ini sangat erat hubungannya dengan Rasulullah Saw, satu dari para shahabat beliau yang masuk Islam di awal-awal perjuangan beliau.
          Dia adalah sepupu beliau, karena ibu shahabat ini Umaimah binti Abdul Muthalib adalah bibi Rasulullah Saw.
          Disamping itu shahabat ini adalah ipar Rasulullah Saw karena saudaranya  Zaenab binti Jahsy adalah satu dari istri-istri Nabi Saw, salah seorang Ummahatul Mukminin.
          Shahabat ini adalah orang pertama yang mengibarkan panji Islam.
          Setelah itu dia adalah orang pertama yang dipanggil Amirul Mukminin.
          Dia adalah Abdullah bin Jahsy al-Asadi.
          Abdullah bin Jahsy masuk Islam sebelum Rasulullah Saw masuk ke Darul Arqam, sehingga dia termasuk Assabiqunal Awwalun.
          Manakala Nabi Saw memberikan kepada para shahabat yang masuk Islam untuk hijrah ke Madinah demi menyelamatkan agama mereka dari finah orang-orang Quraisy, Abdullah bin Jahsy adalah orang kedua yang berangkat, sedangkan orang pertama adalah Abu Salamah.
          Hijrah kepada Allah , meninggalkan negeri dan keluarga demi Allah bukan sesuatu yang baru bagi  Abdullah bin Jahsy, sebelumnya dia dan beberapa keluarganya sudah merasakan hijrah ke Habasyah.
          Namun hijrah kali ini lebih menyeluruh dan lebih luas, dia berhijrah bersama istrinya dan kerabatnya serta saudara-saudaranya, baik laki-laki maupun perempuan, orang tua dan anak-anak muda, wanita muda dan wanita tua, keluarga Abdullah adalah keluarga Islam, kabilahnya adalah kabilah Iman.
          Mereka meninggalkan Makkah , bekas perkampungan mereka terlihat sepi dan sedih. Berubah menjadi hunian kosong melompong seolah-olah tidak pernah ada yang menghuninya sebelumnya, seolah-olah tidak pernah dijamah oleh tangan orang-orang yang begadang di malam hari.
          Tidak berselang lama dari keberangkatan Abdullah bin Jahsy bersama kaum kerabatnya untuk berhijrah, para pemuka Quraisy berkeliling disekitar Makkah untuk mengetahui kaum muslimin yang sudah meninggalkannya dan kaum muslimin yang masih tinggal, diantara para pemuka Makkah tersebut terdapat Abu Jahal dan Utbah bin Rabi’ah.
           Utbah melihat kepada perkampungan Bani Jahsy, angin bertiup kencang membawa debu menerpanya, daun pintu rumahnya bergerak-gerak. Utbah berkata, “Perkampungan Bani Jahsy sudah kosong menangisi penghuninya.”
          Abu Jahal menjawab, “Siapa mereka sehingga perkampungan sampai menangisi mereka?”
          Kemudian Abu Jahal meletakkan tangannya di rumah Abdullah bin Jahsy, rumah yang paling bagus dari penghuni paling kaya di perkampungan situ, Abu Jahal mulai bertindak terhadap perabotnya seolah-olah dia adalah pemiliknya yang sah.
          Manakala apa yang dilakukan oleh Abu Jahal ini terdengar Abdullah, dia menyampaikan kepada Nabi Saw, maka Nabi Saw bersabda kepadanya, “Wahai Abdullah, apakah kamu tidak rela kalau Allah memberimu sebuah rumah di surga dengannya kelak?”
          Abdullah menjawab, “Ya wahai Rasulullah .”
          Nabi Saw bersabda, “Itu untukmu.”
          Maka Abdullah pun rela dan tenang.
          Abdullah bin Jahsy belum menetap dengan tenang di Madinah setelah sebelumnya dia memikul kesulitan dalam dua hijranya, hijrah pertama dan hijrah kedua.
          Abdullah belum mencicipi nikmatnya hidup di bawah kebaikan orang-orang Anshar setelah sebelumnya dia mengenyam penyiksaan dari orang-orang Quraisy sehingga Allah Swt menghendaki Abdullah masuk ke dalam sebuah ujian terberat yang belum pernah dia rasakan dalam kehidupannya memikul cobaan terkeras yang dia dapatkan sejak dia masuk Islam.
          Rasululllah Saw memilih delapan orang dari para shahabatnya untuk menunaikan tugas militer pertama dalam islam, diantara mereka adalah Abdullah bin Jahsy dan Saad bin Abu Waqash. Nabi Saw berabda, “Aku akan menjadikan orang yang paling kuat menahan lapar dan haus sebagai  pemimpin kalian. “ Kemudian Nabi Saw meyerahkan panji-panji komando kepada Abdullah bin Jahsy, dengan itu Abdullah menjadi komandan pertama bagi sekelompok orang-orang mukmin.
          Rasulullah Saw menentukan tujuan perjalanan Abdullah, beliau memberinya sepucuk surat dan memintanya untuk tidak membukanya kecuali setelah berjalan dua hari.
          Dua hari pasukan yang dipimpin oleh Abdullah ini berjalan, kemudian Abdullah membuka surat Rasulullah Saw. Ternyata isinya:
“ Jika kamu membaca suratku ini maka tetaplah berjalam sehingga kamu tiba di Naklah di antara Thaif dengan Makkah, awasi orang-orang Quraisy, sampaikan berita mereka kepadaku.”
          Begitu Abdullah membaca surat, maka dia berkata:
          “Kami mendengar dan menaati Rasulullah Saw.”
          Kemudian dia berkata kepada anak buahnya, “Rasulullah Saw memerintahku untuk berangkat ke Nakhlah untuk mengawasi orang-orang Quraisy sehingga aku bisa menyampaikan berita mereka kepada beliau. Rasulullah Saw melarangku untuk memaksa siapapun dari kalian untuk tetap berangkat bersamaku, siapa diantara kalian yang ingin meraih syahadah dan berminat mendapatkannya maka silahkan mengikutiku, namun siapa yang tidak ingin maka silahkan dia kembali tanpa ada kesalahan yang ditanggungnya.”
          Anak buahnya pun berkata, “Kami mendengar dan menaati Rasulullah Saw, kami akan tetap bersamamu sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Rasulullah Saw.”
          Kemudian mereka berjalan sampai tiba di Nakhlah, mereka melakukan patroli di daerah sekitarnya untuk mengetahui berita orang-orang Quraisy.
          Di saat mereka sedang melakukan tugas itu, tiba-tiba mereka melihat dari jauh sebuah kafilah dagang milik Quraisy dengan dikawal oleh empat orang, mereka adalah Amru bin al-Hadhrami, al-Hakam bin Kaisan, Usman bin Abdullah dan saudaranya al-Mughirah, mereka membawa perniagaan Quraisy yang terdiri dari kulit, kismis dan barang-barang lainnya yang merupakan barang dagangan mereka.
          Pada saat itu para shahabat bermusyawarah di antara mereka, hari itu adalah hari terakhir di bulan haram. Mereka berkata, “Jika kita memerangi mereka maka kita memerangi mereka di bulan haram, jika hal itu kita lakukan maka kita tidak menghormati kehormatan bulan muharam, disamping itu perbuatan kita akan mengundang cibiran dari orang-orang Arab seluruhnya. Namun jika kita membiarkan mereka sampai hari ini berlalu maka mereka akan masuk wilayah haram dan mereka telah masuk ke dalam wilayah aman.
          Mereka terus berunding sampai akhirnya mereka sepakat untuk menyerang mereka dan membunuh mereka serta mengambil harta rampasan dari tangan mereka, dalam sekejap mereka membunuh satu orang dari mereka yaitu Amru bin al-Hadhrami dan menawan dua orang, oran keempa berhasil lolos dari sergapan mereka.
          Abdullah bin Jahsy dan orang-orangnya menggiring dua tawanan dan kafilah dagang ke Madinah, manakala mereka bertemu dengan Rasulullah Saw, beliau tidak menyetujui apa yang dia lakukan, beliau mengingkari perbuatan mereka dengan keras, beliau bersabda, “Demi Allah, aku tidak memerintahkan kalian untuk berperang, akan tetapi aku hanya memerintahkan kalian untuk mengetahui berita orang-orang Quraisy dan mengawasi gerak-gerik mereka.”
          Nabi Saw membiarkan dua orang tawanan sebelum menetapkan keputusannya, beliau tidak mengutak-atik kafilah dagang dengan tidak mengambil apapun darinya.
          Pada saat itu Abdullah bin Jahsy dan kawan-kawannya merasa telah melakukan sebuah kesalahan besar, mereka yakin akan binasa karena menyelisihi perintah Rasulullah saw.
          Persoalannya menjadi semakin berat bagi mereka manakala kaum muslimin pun mulai menyalahkan mereka dan mencela kekeliruan mereka setiap kali mereka melihatnya, mereka berkata, “Orang-orang yang telah menyelisihi perintah Rasulullah Saw.
          Kesulitan yang mereka hadapi semakin berat manakala mereka mengetahui bahwa orang-orang Quraisy menjadikan peristiwa tersebut sebagai batu loncatan untuk menghina Rasulullah Saw, merusak nama baiknya di hadapan kabilah-kabilah  Arab. Orang-orang Quraisy berkata, “Muhammad telah menghalalkan bulan haram, dia menumpahkan darah di dalamnya, merampas harta dan menawan orang-orang kita.
          Jangan bertanya betapa sedihnya Abdullah bin Jahsy dan kawan-kawannya atas apa yang terjadi pada mereka, jangan bertanya betapa malunya mereka di depan Rasulullah Saw karena mereka telah menjerumuskan beliau ke dalam kesulitan.
          Ketika masalah tersebut semakin berat bagi mereka, dan ujian ini semakin sulit bagi mereka, tiba-tiba berita gembira datang, berita gembira bahwa Allah meridhai apa yang mereka lakukan, bahwa Allah telah menurunkan ayat Al-Qur’an kepada Nabi Saw terkati dengan peristiwa tersebut.
          Betapa bahagia hati mereka, orang banyak berdatangan mengucapkan salam, merangkul dan menjabat tangan mereka sambil  membaca al-Qur’an yang diturunkan terkait dengan mereka.
          Telah turun kepada Nabi Saw firman Allah Ta’ala :
“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah, ‘Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi manusia dari jalan Allah, kafir kepada Allah, menghalangi masuk Masjidil Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya lebih besar dosanya di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar dosanya daripada membunuh. “  (QS. Al-Baqarah: 217 )
          Manakala ayat yang mulia ini turun, jiwa Rasulullah Saw menjadi tenang, beliau mengambil harta kafilah dan meminta tebusan terhadap dua tawanan, beliau rela terhadap apa yang dilakukan oleh Abdullah bin Jahsy dan anak buahnya. Perbuatan mereka merupakan peristiwa besar dalam kehidupan kaum muslimin.
          Harta rampasannya adalah harta rampasan pertama yang diraih oleh kaum muslimin.
          Korbannya adalah orang musyrik pertama yang darahnya ditumpahkan oleh kaum muslimin.
          Kedua tawanannya adalah dua tawanan pertama yang ditawan oleh kaum muslimin.
          Panji-panjinya adalah panjji-panji pertama yang dikibarkan oleh tangan Rasulullah saw.
          Panglimanya Abdullah bin Jahsy adalah orang pertama yang dipanggil Amirul Mukminin.
          Setelah itu perang Badar tiba, dalam perang ini Abdullah memperlihatkan kepahlawanannya sesuai dengan keimanannya.
          Kemudian perang Uhud tiba, Abdullah bin Jahsy dan kawannya Sa’ad bin Abu Waqqash dalam perang ini mempunyai cerita yang tidak terlupakan. Biarkan kesempatan ini kita berikan  kepada Saad, biar dia sendiri yang menyampaikan ceritanya dan cerita kawannya.
          Saad bin Abu Waqqash berkata, “Di perang Uhud, aku bertemu dengan Abdullah bin Jahsy, dia berkata, “Berdoalah kepada Allah.” Aku menjawab, “Ya.” Lalu kami menepi di sebuah tempat, aku berdoa kepada Allah, aku berkata dalam doaku, “ Ya Rabbi, jika aku bertemu musuh maka pertemukan aku dengan seorang laki-laki yang kuat lagi berani, aku akan melawannya dan dia melawanku, kemudian limpahkan kemenangan kepadaku sehingga aku bisa membunuhnya dan mengambil hartanya.” Abdullah bin Jahsy mengamini doaku. Lalu dia sendiri berkata, “Ya Allah, pertemukan aku dengan seorang laki-laki yang kuat lagi berani, aku akan melawannya demi Engkau dan dia melawanku, kemudian dia menangkapku, memotong hidung dan telingaku, jika aku bertemu denganMu besok, maka Engkau akan bertanya kepadaku, ‘Kenapa hidung dan telingamu terpotong?’ Maka aku menjawab, ‘Karena Engkau dan RasulMu. ‘Engkau berkata, ‘Kamu benar.”
          Saad bin Abu Waqqash berkata, “Doa Abdullah bin Jahsy lebih baik dari doaku, aku melihatnya di sore hari dalam keadaan sudah syahid dalam keadaan dicincang-cincang, hidung dan telinganya tergantung dengan sebuah tali di pohon.”
          Allah Ta’ala menjawab doa Abdullah bin Jahsy, Dia memuliakannya dengan syahadah seperti Dia telah memuliakan pamannya Sayyid para syuhada` Hamzah bin Abdul Mutthalib dengannya.
          Lalu Rasulullah Saw menguburkan keduanya dalam satu liang lahad sementara air mata beliau yang suci menitik ke tanah kubur mereka berdua yang beraromakan bau harum syahadah.